Pages

Ads 468x60px

Labels

Sabtu, 25 Agustus 2012

Menanggapi Perkara Antara Sifat Dan Karakter

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Ruang Lingkup Menanggapi Perkara Sifat Dan Karakter

Manusia inikan makhluk sosial dikatakan makhuluk sosial karena karena tidak akan bisa hidup, berdiri tegak didunia ini tanpa dukungan baik moril ataupun materil dari lingkungan, baik itu dari Keluarga, Sodara atau orang-orang terdekat yaitu teman, sohib dan lain-lain. Cara agar lebih efektif untuk dapat menanggapi perkara sifat dan karakter dengan baik adalah dengan mengetahui terlebih dahulu batasan-batasannya yang boleh diambil menjadi landasan utama dan mana yang harus didahulukan, karena ketika keluar dari batasan yang semestinya bukan lagi efektif dan baik buahnya melainkan sebaliknya, berikut adalah 3 Batasan Dalam Menanggapi Perkara Sifat Dan Karakter.

1. Diri Sendiri
Diri sendiri adalah awal pembatas yang harus diutamakan sebelum melanjutkan keperbatasan berikutnya untuk menanggapi perkara sifat dan karakter yang ada dalam diri kita manusia. Akan menjadi salah ketika seseorang hanya memikirkan orang lain dan orang lain saja sedangkan dirinya sendiri diabaikan, alhasil muncul lagi perkara yang akan dipandang jelek, apa itu? Mencari-cari kelemahan orang, prasangka buruk terhadap orang lain (Su'uzdon), cenderung tergesa-gesa, tidak konsisten, tidak percaya diri dll inilah sifat dan karakter buruk manusia ketika lupa siapa dirinya. Selain itu apabila dilihat dari dalam diri (internal) diambil sebagai contoh permasalahan disini yakni tertanam "Merasa Saya" dalam dirinya, apa yang salah? coba perhatikan; Merasa Saya paling benar, merasa Saya paling pintar, merasa Saya paling terhormat dan lain-lain, ini adalah sifat yang dapat menciptakan karakter seseorang itu menjadi buruk ketika orang terlalu berlebihan dalam membanggakan dirinya sendiri.

2. Orang Lain Dan Lingkungan
Orang lain dan lingkungan merupakan ruang lingkup berikutnya yang akan Saya bahas faktor eksternal dalam kehidupan bersosial memiliki pengaruh sangat dominan untuk menunjang kebutuhan hidup kita didunia dibanding individu, akan tetapi tidak bisa berjalan sendiri tanpa di kaitkan dengan yang utama tadi yakni Diri Sendiri (individu). Sebelum ingin menanggapi sifat dan karakter orang lain tentu kita harus paham akan kondisi orang dan lingkungan kita. Cara paling ampuh untuk memahami orang sadarilah bahwa "Orang itu (termasuk kita manusia) terutama lebih tertarik pada diri mereka sendiri, bukan pada Anda". Maksudnya ketika terjadi komunikasi dua arah misalnya, Orang itu = lawan bicara Anda, dan Anda coba perhatikan ketika Anda lebih sibuk membicarakan dalam topik urusan Anda sendiri, percaya tidak kalo lawan bicara Anda akan merasa bosan, akan lebih parah lagi ketika dia merasa diabaikan atau dicuekin ada waktu dan tipsnya untuk itu (kode etika), sudah batal tuh cara kita menanggapi perkara sifat dan karakter orang tersebut jika tidak tahu kode etiknya. Ubah kebiasaan itu menjadi sebaliknya bahas topik yang membahas tentang dirinya, hati-hati bukan introgasi, tapi ceritakan kelebihannya kepada dirinya, menjawab pertanyaannya dengan baik dan wajar tentangnya apabila dia bertanya, serta berikan pertanyaan yang membutuhkan jawaban panjang tentang dirinya, pokoknya semua tentang dunianya (Memperhatikan/ seolah-olah dunianya menarik bagi Anda) dijamin kita akan lebih mudah menanggapi orang tersebut dalam perkara sifat dan karakternya dan berbuah manis. Menanggapi hal tersebut sama halnya dengan Membinan Hubungan Baik Kepada Sesama.

3. Tuhan
Tuhan adalah batasan terakhir yang ingin Saya bahas penyeimbang antara diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Agar terhindar dari bentuk penyalah gunaan, problema dan dosa tentunya tujuan Saya menambahkan poin terakhir ini sebagai umat Beragama khususnya Islam jelas! sepak terjang kehidupan kita didunia harus berlandasakan yang utama yakni "Ketuhanan Yang Maha Esa" Panca sila sila ke1 Tuhan Kita mengakui bahwa hanya Tuhan yang maha segalanya. Jadi tidak ada dan tidak boleh orang itu ingin dipandang, benar, pintar, terhormat melebihi Tuhan, hati-hati lo kadang kita tidak sadar makannya suka ada Saya dengar do'a yang memanjatkan "Ampuni dosa-dosaku baik yang disengaja maupun tidak desengaja". Ketika kita berbuat kesalahan dalam menerapkan poin-poin diatas, bisa karena berlebihan, khilaf dan lupa karena itu adalah sifat manusiawi kepada siapapun bisa terjadi, akan tetapi kembali sejauh mana kita tahu batasan, berusaha, menanggapi perkara satu ini sama sangat erat hubungannya dengan Membinan Hubungan Baik Kepada Tuhan.

Kesimpulannya apapun itu ketika menanggapi suatu perkara selama keberadaannya itu ada di alam semesta beserta isinya ini, termasuk adalah kita Manusia batasan yang tidak boleh dilupakan adalah Sang Pencipta Tuhan Allah Subhanahu WaTa'ala, agar apa? tidak berlebihan, tidak sombong, tidak cuek, dan tidak lupa ya sudah batal saja semua perkara yang Saya sampaikan diatas apabila kita enggan memperhatikannya begitupun puasanya bagi yang berpuasa hehe. Semoga kita termasuk orang-orang yang tidak terlewat batas sehingga tidak lupa diri ini tercipta berkat siapa sekian dan terima kasih Salam.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Comments